Egomasing-masing individu yang tidak dikendalikan secara tepat dapat menimbulkan konflik dengan individu lainnya, seperti pertengkaran antar siswa di sekolah, misalnya. Karakter seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, sedangkan tidak semua masyarakat memiliki kebiasaan, nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Berdasarkanteori lingkungan sosial, kekerasan dan kekacauan akan terjadi apabila a. agresivitas individu dan golongan dalam menghadapi sebuah permasalahan b. tidak tercapainya kekerabatan sosial yang harmonis antarindividu c. lingkungan fisik yang tidak kondusif d. jumlah anggota sebuah golongan terlalu banyak Jadisingkatnya, menurut teori ini, kekacauan atau kekerasan akan terjadi di sekolah jika kepemimpinan kepala sekolah tidak memadai/buruk. Hal ini berlaku juga pada semua lingkungan sosial, tidak hanya di sekolah. Apabila lingkungan sosial tempat individu atau kelompok masyarakat berada tidak kondusif, bisa menjadi pendorong terjadinya kekerasan. Berdasarkanteori lingkungan sosial, kekerasan atau kekacauan disebabkan karena berawal dari lingkungan fisik yang tidak kondusif. Dimana apabila lingkungan sosial tempat individu atau kelompok masyarakat berada tidak kondusif, bisa menjadi pendorong terjadinya kekerasan. Misalnya seperti terjadi konflik yang berkepanjangan. Beri Rating · 0.0 ( 0) Suatukonflik sosial akan berkembang menjadi kekerasan apabila a. Anggotanya terus-menerus bertambah b. Norma dan nilai-nilai sosial yang ada berubah c. Hilangnya figur yang dihormati dalam masyarakat d. Pihak ketiga masa bodoh dengan konflik yang terjadi e. Nilai dan norma sosial sama sekali tidak diakui lagi 14. Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Handri Ayu Diah Mustika & Ahmad Gimmy Program Studi Magister Psikologi Profesi, Fakultas Psikologi, Universitas Padjadjaran. Dewasa ini marak diberitakan terjadinya kekerasan seksual di berbagai daerah di Indonesia. Angka pelaporan kasus kekerasan seksual juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan Catatan Tahunan Komnas Perempuan CATAHU 2023 terjadi peningkatan pengaduan kepada Komnas Perempuan terkait kekerasan berbasis gender, dari kasus pada 2021 menjadi kasus pada 2022. Rinciannya yaitu kasus kekerasan di ranah personal, kasus di ranah publik, dan 68 kasus di ranah negara Komnas Perempuan, 2023. Kasus kekerasan seksual di Indonesia dapat diintegralkan seperti fenomena gunung es. Masalah perlindungan dan pelaporan kasus kekerasan seksual yang ditangani dan didukung hanya terlihat sedikit pada permukaan saja sedangkan masih banyak kasus yang tidak terlaporkan. Hal ini menyebabkan penyintas kekerasan seksual tidak mendapatkan penanganan yang optimal sebagaimana sejalan dengan catatan tahunan yang digaungkan oleh Komnas Perempuan pada Maret 2023 lalu dengan tajuk "Kekerasan Terhadap Perempuan di Ranah Publik dan Negara Minim Perlindungan dan Pemulihan". Penyintas kekerasan seksual di Indonesia cenderung bungkam karena rasa malu, tekanan sosial, ancaman dari pelaku, relasi kuasa, dan ketidak tahuan untuk melapor Trihastuti & Nuqul, 2020. Korban juga cenderung memilih menghindari konflik atau konsekuensi yang akan muncul dengan melaporkan kasus secara hukum Artaria, 2012. Selain itu, tidak mengetahui alur pelaporan kasus dan perlindungan hukum juga berpengaruh pada pertimbangan untuk melaporkan kasus Fisher, Cullen & Turner., 2000. Banyaknya kasus kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia membuat tindak pidana kekerasan seksual menjadi fokus pembahasan terkait penyelesaian perkara, baik di tingkat peradilan maupun dalam proses pemulihan kembali pihak yang menjadi korban. Pemulihan yang dimaksud adalah jaminan dalam segi fisik, mental, dan faktor lain dari dampak kekerasan seksual yang dialami oleh korban. Tindak pidana kekerasan seksual khususnya pemerkosaan diatur dalam pasal 285 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP yang berbunyi "Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan isterinya bersetubuh dengan dia, dihukum, karena memperkosa, dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun".Adapun dampak yang dirasakan oleh korban kekerasan seksual bukan hanya dalam aspek fisik melainkan juga dampak psikologis yang mana korban berpotensi mengalami depresi, stress, serta trauma yang berpeluang berlangsung dalam waktu lama, dan semakin memburuk apabila tidak segera ditangani Tangahu, 2015. Sedangkan dalam aspek hukum pidana, formulasi bentuk tindakan kekerasan seksual membawa konsekuensi yuridis di dalam pembuktiannya. Korban sebagai pihak yang dirugikan juga memiliki peran sebagai saksi yang sangat dibutuhkan hakim untuk menilai kesalahan pelaku dalam proses pembuktian perkara dalam kondisi korban mengalami tekanan psikologis akibat dari peristiwa traumatis yang dialaminya. Oleh karena itu dibutuhkan investigasi pakar psikolog forensic untuk memeriksa dengan saksama sebagai bahan penyidikan baik dalam kepolisian maupun persidangan. Hal tersebut diperkuat dengan jelas oleh Fulero dan Wrightsman 2009 yang memandang psikologi forensik sebagai pengaplikasian dari teori, metode, dan penelitian psikologi yang berusaha diimplementasikan dalam sistem hukum. Psikologi forensik juga merupakan usaha pemanfaatan layanan psikologi terintegrasi dengan sistem hukum untuk menjamin adanya rasa keadilan sesuai dengan undang-undang yang sudah ditetapkan. Sistem hukum yang dimaksud mencakup tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembelaan vonis, eksekusi vonis hingga upaya prevensi, dan rehabilitasi. Maka dari itu peran psikolog forensik dirasa penting dalam proses tindak pidana kekerasan seksual. Semakin banyak permasalahan di masyarakat yang menuntut peran psikologi forensik untuk memberikan sumbangan penyelesaian di satu pihak, sedangkan pada pihak lain pengembangan psikologi forensik dirasa masih lambat di Indonesia. Meskipun memiliki peran yang sangat penting tetapi ruang gerak psikolog forensik sendiri masih sangat terbatas. Ketua APSIFOR, Dra. Reni Kusumawardani, Psikolog, mengatakan bahwa jumlah anggota asosiasi psikolog forensik juga masih sangat terbatas dibandingkan dengan jumlah kasus kriminalitas hukum yang terjadi di Indonesia. Selain itu psikolog forensik tidak memiliki kewenangan untuk terjun langsung dalam menangani kasus apabila tidak diundang oleh aparat hukum yang berwenang. Peran psikolog forensik dalam penegakan hukum juga masih dianggap belum maksimal Sopyani & Edwina, 2021. Maka dari itu optimalisasi peran psikolog forensik dalam penanganan kasus hukum tindak pidana kekerasan seksual di Indonesia dinilai sangat dibutuhkan untuk menjawab kekhawatiran yang ada di masyarakat mengingat perannya yang sangat penting dalam upaya perlindungan, penanganan, pendampingan, dan pemulihan korban kekerasan seksual. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya Soal Sosiologi tentang konflik dan kekerasan - Pada kesempatan kali ini kami akan membagikan latihan soal sosiologi materi konflik dan kekerasan. Latihan soal sosiologi tentang konflik dan kekerasan terdiri dari dua jenis tes, yaitu soal pilihan ganda dan soal esai. Berikut soal latihan sosiologi tentang konflik dan kekerasan. Buka Juga A. Soal Pilihan Ganda Materi Konflik dan Kekerasan 1. Menurut Robert M. Z. Lawang, konflik terjadi disebabkan oleh . . . a. Perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang bersifat langka b. Perbedaan emosi, pendapat, serta pengalaman c. Adanya sesuatu yang dihargai lebih tinggi dari yang lain d. Sesuatu yang jumlahna lebih banyak tetapi susah untuk mendpatkannya e. Perjuangan untuk memperoleh persepsi yang sama 2. Di bawah ini yang bukan termasuk teori konflik, yaitu . . . a. Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan dari beberapa orang b. Kondisi masyarakat yang stabil c. Masyarakat mau tunduk pada perubahan d. Setiap unsur masyarakat memberikan kontribusi pada disintegrasi 3. Konflik terbuka lebih umum terjadi pada hubungan sosial yang . . . 4. Menurut Coser, konflik adalah sesuatu yang bersifat patologis dan gejala yang tidak harus dihindari dari kehidupan sosial. Pernyataan ini sesuai dengan . . . a. Pandangan sempit terhadap konflik b. Pandangan negatif tentang konflik c. Pandangan modern terhadap konflik d. Pandangan behaviorisme terhadap kanflik e. Pendangan tradisional terhadap konflik 5. Konflik yang terjadi antara hubungan posisi pelaku, seperti majikan dan buruh atau konflik antara atasan dan bawahan adalah jenis konflik . . . 6. Di bawah ini yang bukan menjadi penyebab terjadinya konflik sosial adalah . . . c. Perbedaan pendirian dan perasaan 7. Pertentangan antarkelompok ras yang berbeda karena perbedaan kepentingan dan kebudayaan, disebut . . . 8. Konflik yang terjadi antara pembantu rumah tangga dan majikannya merupakan contoh bentuk konflik . . . 9. Penyelesaian konflik antar kelompok sosial dalam masyarakat melalui proses difasilitasi dan dipandu oleh pihak pemerintah merupakan akomodasi baru dalam bentuk . . . 10. Kegunaan dari katub penyelamat safety valve dalam proses penyelesaian konflik sosial adalah . . . a. Dapat memberikan solusi, tetapi dengan syarat bahwa pihak yang berkonflik bersedia berkompromi dan saling memaafkan b. Dapat mendorong kedua pihak untuk saling memaafkan c. Dapat merelakan salah satu pihak untuk mengambil keputusan untuk menyelesaikan konflik d. Dapat menyediakan berbagai solusi yang dapat dipilih oleh kedua belahpihak e. Dapat menyediakan objek-objek tertentu yang dapat mengalihkan perhatian pihak-pihak yang bertikai 11. Kasus perang Palestina denga Israel yang tidak kunjung reda adalah merupakan contoh konflik . . . 12. Suatu penyelesaian pertentangan di pengadilan disebut dengan .. . 13. Berdasarkan teori lingkungan sosial, kekerasan dan kekacauan akan terjadi jika . . . a. Kekecewaan yang mendalam dari paa anggotanya b. Kurangnya sarana fifik yang tersedia di masyarakat c. Agresifitas individu dan kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan d. Tidak terciptanya hubungan sosial yang harminis diantara indoividu e. Jumlah anggota suatu kekompok masyarakat terlalu banyak 14. Di bawah ini adalah contoh-contoh konflik yang bertujuan untuk merugikan masyarakat, kecuali . . . a. Pertikaian antar masyarakat adat b. Kerusuhan massa di lingkungan perkotaan c. Pertikaian masyarakat dengan pemerintah untuk menuntut perubahan d. Pertikaian antar geng motor e. Tawuran pelajar di jalan 15. Konflik ini terjadi antara individi satu dengan individu yang lain. Masing-masing individu memiliki niat atau kepentingan yang sama untuk diakui keberadaannya. Setiap individu ingin menang dan tidak ada yang mau mengalah. Hal itu merupakan jenis konflik . . . 16. Berikut ini yang merupakan dampak positif terjadinya konflik sosial adalah .. . a. Mencapai kesepakatan dalam masyarakat c. Mengubah kepribadian individu d. Menghilangkan dendam dan rasa benci diantara anggota masyarakat e. Menyesuaikan kembali nilai dan norma yang berlaku 17. Dalam kehidupan sehari-hari, proses interaksi sosial selalu membuahkan dua pola yang bersifat paradoks, yaitu . . . a. Kerja sama dan konflik sosial b. Konflik sosial dan realitas c. Asimilasi dan akulturasi 18. Seorang siswa berteriak di perpustakaan. Temannya menegur, sehingga terjadilah keributan. Suasana semakin ricuh, sehingga petuhas mengusir mereka. Secara substansial, kasus tersebut merupakan jenis konflik. . . 19. Suatu upaya penyelesaian konflik yang merupakan bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang berseteru mempunyai kekuatan yang sama, sehingga pertikaian atau konflik tersebut berhenti pada titik tertentu, disebut . . . 20. Konflik yang kadang-kadang terjadi antara kelompok generasi muda dan generasi muda ditandai dengan adanya perbedaan pandangan, tingkah laku, sikap, dan tutur kata. Contoh konflik antargenerasi tersebut pada umumnya disebabkan oleh . . . a. Posisi dalam masyarakat 21. Ketika suatu negara belum bisa mewujudkan kesejahteraan rakyatnya secara merata, kesenjangan ekonomi masih terjadi antara kelompok kaya dan miskin. Hal tersebut berpotensi mengakibatkan konflik dalam masyarakat yang disebabkan oleh . . . a. Kebudayaan yang berbeda-beda e. Munculnya kesalahpahaman 22. Sikap superior salah sau suku di dalam masyarakat tertentu kemungkinan besar akan mengakibatkan konflik antar suku yang merugikan bagi kedua belah pihak. Berdasarkan uraian tersebut, penyebab terjadinya konflik adalah . . . a. Perbedaan pandangan individu b. Perbedaan kepentingan bersama c. Perbedaan persaingan kelompok d. Kuatnya paham primordialisme e. Perubahan nilai yang cepat 23. Tarik ulur peran dalam menangani kasus korupsi antara kepolisian dan KPK semakin lama tidak bisa dihindari. Konflik tersebut mengakibatkan Presiden terlibat untuk mengatur kewenangan tiap-tiap lembaga. Langkah tepat yang diambil Presiden untuk mengatasi konflik tersebut adalah . . . 24. Era reformasi yang terjadi pada tahun 1998 mengubah sistem politik menjadi semakin terbuka dan diwarnai dengan berbagai konflik sepertik kecurangan dalam pemilu, sengketa Pilkada, dan konflik antar Parpol yang diselesaikan dengan jalur hukum. Betuk akomodasi penyelesaian konflik tersebut adalah . . . 25. Aksi unjuk rasa sebagian rakyat terhadap kebijakan pemerintah menunjukkan bahwa telah timbul konflik antara pemerintah dan rakyat. Akibat dari konflik tersebut adalah . . . a. Terbentuknya kelompok sosial berdasarkan persamaan kepentingan dan keinginan mencapai tujuan b. Mendorong perubahan struktur sosial karena pergantian pemimpin negara c. Mendorong rakyat untuk tetap menyalurkan aspirasinya kepada pemerintah d. Terbentuk kepentingan baru untuk menjembatani kepentingan rakyat dan pemerintah e. Terjadi kerjasama yang baik antara pemerintah dan rakyat untuk membangun bangsa dan negara B. Soal Pilihan Ganda Materi Konflik dan Kekerasan 1. Bagaimana pengertian konflik secara sosiologis ? 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kekerasan ! 3. Apa sajakah faktor penyebab konflik sosial menurut teori fungsional-struktural? Sebutkan ! 4. Apa perbedaan antara kekerasan alientatif dan represif ? 5. Apa yang anda ketahui tentang teori negoisasi prinsip dalam konflik? Jelaskan ! 6. Coba Anda kelaskan bahwa perbedaan kebudayaan dapan menjadi penyebab terjadinya konflik ! 7. Bagaimanakah cara mengakhiri konflik menurut George Simmel ? Demikian soal latihan sosiologi tentang konflik dan kekerasan. Semoga bermanfaat bagi para pembaca. Apabila pembaca masih belum puas dengan soal tersebut, silahkan buka juga soal di bawah ini. Sumber Utami MS. Buku Pendamping Sejarah Indonesia. Solo CV HaKa MJ. Silahkan download soal di atas melalui link berikut. Download Soal Latihan Soal Online - Latihan Soal SD - Latihan Soal SMP - Latihan Soal SMA Kategori Semua Soal SMA Sosiologi Acak ★ Sosiologi SMA IPS Kelas 11Berdasarkan teori lingkungan sosial , kekerasan dan kekacauan akan terjadi apabila…A. Kekecewaan yang mendalam dari para anggotanyaB. Jumlah anggota suatu kelompok terlalu banyakC. Agresivitas individu dan kelompok dalam menghadapi suatu permasalahanD. Tidak terciptanya hubungan sosial yang serasi dan anatar individuE. Lingkungan fisik yang tidak kondusif Pilih jawaban kamu A B C D E Latihan Soal SD Kelas 1Latihan Soal SD Kelas 2Latihan Soal SD Kelas 3Latihan Soal SD Kelas 4Latihan Soal SD Kelas 5Latihan Soal SD Kelas 6Latihan Soal SMP Kelas 7Latihan Soal SMP Kelas 8Latihan Soal SMP Kelas 9Latihan Soal SMA Kelas 10Latihan Soal SMA Kelas 11Latihan Soal SMA Kelas 12Preview soal lainnya UTS Sosiologi Semester 1 Ganjil SMA Kelas 11Salah satu bentuk masalah sosial yang sulit ditanggulangi di Indonesia adalah kemiskinan. Banyak program pemerintah yang sudah diluncurkan seperti kredit dengan bunga rendah untuk usaha kecil dan menengah. Meskipun demikian program tersebut belum berjalan dengan optimal karena motivasi masyarakat untuk berwirausaha relatif rendah. Berkaitan dengan ilmu Sosiologi, upaya menanggulangi masalah tersebut dilakukan dengan cara… .A. memberikan jaminan hidup layak kepada masyarakat miskinB. memberikan pekerjaan yang layak kepada masyarakatC. meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan masyarakatD. mengubah pola pikir masyarakat konsumtif menjadi produktif Materi Latihan Soal LainnyaSenam Lantai - Penjaskes PJOK SD Kelas 5PAS Bahasa Indonesia Semester 1 Ganjil SMP kelas 9PAS Bahasa Sunda SD Kelas 4Sistem Organisasi Kehidupan - IPA SMP Kelas 7PAI Bab 9 SD Kelas 1Ulangan IPA SD Kelas 5US Bahasa Inggris SMA Kelas 12Tema 3 Subtema 1 SD Kelas 3Bab 2 - PKn SMP Kelas 8Matematika Tema 2 SD Kelas 3Cara Menggunakan Baca dan cermati soal baik-baik, lalu pilih salah satu jawaban yang kamu anggap benar dengan mengklik / tap pilihan yang Jika halaman ini selalu menampilkan soal yang sama secara beruntun, maka pastikan kamu mengoreksi soal terlebih dahulu dengan menekan tombol "Koreksi" diatas. Tentang Soal Online adalah website yang berisi tentang latihan soal mulai dari soal SD / MI Sederajat, SMP / MTs sederajat, SMA / MA Sederajat hingga umum. Website ini hadir dalam rangka ikut berpartisipasi dalam misi mencerdaskan manusia Indonesia. Ilustrasi Bacaan tentang Teori Kekerasan. Sumber DigitalTeori Kekerasan merupakan salah satu teori yang terdapat dalam pembahasan ilmu sosial, khususnya sosiologi. Layaknya sebuah teori dalam ilmu sosial, Teori Kekerasan pun merupakan teori yang menjelaskan tentang fenomena khusus, Teori Kekerasan ini menjelaskan dan mengkaji tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kekerasan. Bagaimana isi dari Teori Kekerasan dalam ilmu sosial? Simak uraian lengkapnya di bawah Teori Kekerasan dalam Ilmu SosialIlustrasi Mempelajari Teori Kekerasan dalam Ilmu Sosial. Sumber membahas tentang Teori Kekerasan, artinya kita membahas teori-teori yang menjelaskan tentang kekerasan. Jadi, Teori Kekerasan itu terdiri dari banyak dari sekian banyak Teori Kekerasan yang ada adalah Teori Faktor Individual, Teori Faktor Kelompok, dan Teori Dinamika Kelompok. Masing-masing teori tersebut menjelaskan penyebab kekerasan berdasarkan faktor individual, faktor kelompok, dan dinamika adalah penjelasan lengkap mengenai tiga Teori Kekerasan yang mengutip dari buku berjudul Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XI karya Maryati dan Juju 2007 63 – 64.1. Teori Faktor IndividualBeberapa ahli berpendapat bahwa setiap perilaku kelompok, termasuk perilaku kekerasan, selalu berawal dari perilaku perilaku seseorang dapat menyebabkan timbulnya kekerasan, baik yang dilakukan oleh individu secara sendirian maupun bersama orang penjelasan tersebut, kita dapat memahami bahwa Teori Faktor Individual menjelaskan bahwa perilaku kekerasan berawal dari perilaku individu. Perilaku individu yang agresif dapat menimbulkan kekerasan, baik secara spontan maupun dengan Teori Faktor KelompokBeberapa ahli lain mengemukakan pandangan bahwa individu cenderung membentuk kelompok dengan mengedepankan identitas berdasarkan persamaan ras, agama, atau kelompok inilah yang cenderung dibawa ketika seseorang berinteraksi dengan orang yang lain. Menurut teori ini, kekerasan dapat terjadi akibat benturan antara identitas kelompok yang Teori Faktor Kelompok memiliki pandangan bahwa kekerasan merupakan akibat dari adanya benturan antara kelompok yang memiliki identitas berbeda atau Teori Dinamika KelompokTeori Dinamika Kelompok memiliki anggapan bahwa kekerasan timbul karena adanya kehilangan rasa memiliki deprivasi relatif yang terjadi dalam kelompok atau ini menjelaskan bahwa perubahan sosial yang terjadi sangat cepat membuat sistem sosial dan nilai dalam masyarakat dianggap menjadi tidak seimbang. Pengaruh perubahan yang berlangsung secara cepat itulah yang kemudian dapat menyebabkan Teori Dinamika Kelompok ini merupakan Teori Kekerasan yang menjelaskan terjadinya kekerasan akibat perubahan-perubahan sosial yang sangat cepat dalam kelompok menyimak uraian mengenai Teori Kekerasan, kita dapat memahami bahwa kekerasan yang terjadi dalam lingkungan sosial dapat terjadi karena berbagai itu, kita juga dapat memahami teori yang paling tepat untuk mengkaji kekerasan berdasarkan faktor uraian tentang Teori Kekerasan kali ini. Selamat lanjut membaca artikel lainnya di kanal Sejarah dan Sosial. AA Istilah kekerasan berasal dari bahasa Latin ’violentus’, yang berarti keganasan, kebengisan, kadahsyatan, kegarangan, aniaya, dan pemerkosaan Fromm,2000. Tindak kekerasan, menunjuk kepada tindakan yang dapat merugikan orang lain, misalnya pembunuhan, penjarahan, pemukulan, dan lain-lain. Soerjono Soekanto 2002 98, mengartikan kekerasan violence sebagai penggunaan kekuatan fisik secara paksa terhadap orang atau benda. Selain penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, kekerasan juga bisa berupa ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak Narwoko dan Suyanto, 200070. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diperoleh pemahaman bahwa tindak kekerasan merupakan perilaku sengaja maupun tidak sengaja yang ditunjukan untuk merusak orang atau kelompok lain, baik berupa serangan fisik, mental, sosial, maupun ekonomi yang bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat sehingga berdampak pada kerusakan hingga trauma psikologis bagi Bentuk-Bentuk KekerasanKekerasan sering terjadi dalam kehidupan masyarakat. Tindak kekerasan seolah-olah telah melekat dalam diri seseorang guna mencapai tujuan hidupnya. Tidak mengherankan, jika semakin hari kekerasan semakin meningkat dalam berbagai macam dan bentuk. Galtung 1996 203 mencoba menjawab dengan membagi tipologi kekerasan menjadi 3 tiga, yaitu1 Kekerasan Langsung. Kekerasan langsung biasanya berupa kekerasan fisik, disebut juga sebagai sebuah peristiwa event dari terjadinya kekerasan. Kekerasan langsung terwujud dalam perilaku, misalnya pembunuhan, pemukulan, intimidasi, penyiksaan. Kekerasan langsung merupakan tanggungjawab individu, dalam arti individu yang melakukan tindak kekerasan akan mendapat hukuman menurut ketentuan hukum Kekerasan Struktural kekerasan yang melembaga. Disebut juga sebuah proses dari terjadinya kekerasan. Kekerasan struktural terwujud dalam konteks, sistem, dan struktur, misalnya diskriminasi dalam pendidikan, pekerjaan, pelayanan kesehatan. Kekerasan struktural merupakan bentuk tanggungjawab negara, dimana tanggung jawab adalah mengimplementasikan ketentuan konvensi melalui upaya merumuskan kebijakan, melakukan tindakan melakukan pengaturan, melakukan pengelolaan dan melakukan pengawasan. Muaranya ada pada sistem hukum pidana yang Kekerasan Kultural. Kekerasan kultural merupakan suatu bentuk kekerasan permanen. Terwujud dalam sikap, perasaan, nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat, misalnya kebencian, ketakutan, rasisme, intoleran, aspek-aspek budaya, ranah simbolik yang ditunjukkan oleh agama dan ideologi, bahasa dan seni, serta ilmu pengetahuan. Beberapa ahli menyebut tipe kekerasan seperti ini sebagai kekerasan pandangan Bourdieu Martono, 2009 kekerasan struktural dan kultural dapat dikategorikan sebagai kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik adalah mekanisme komunikasi yang ditandai dengan relasi kekuasaan yang timpang dan hegemonik di mana pihak yang satu memandang diri lebih superior entah dari segi moral, ras, etnis, agama ataupun jenis kelamin dan usia. Tiap tindak kekerasan pada dasarnya mengandaikan hubungan dan atau komunikasi yang sewenang-wenang di antara dua pihak. Dalam hal kekerasan simbolik hubungan tersebut berkaitan dengan pencitraan pihak lain yang bias, monopoli makna, dan pemaksaan makna entah secara tekstual, visual, warna Contoh sebutan ”hitam” bagi kelompok kulit hitam, sebutan ”bodoh” bagi siswa yang tidak naik kelas, atau sebutan ”miskin” untuk menunjuk orang tidak mampu secara ekonomi, dan dilihat berdasarkan pelakunya, kekerasan juga dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu kekerasan individual dan kekerasan kolektif. Kekerasan individual, adalah kekerasan yang dilakukan oleh individu kepada satu atau lebih individu. Contoh pencurian, pemukulan, penganiayaan, dan lain-lain. Sedangkan kekerasan kolektif, merupakan kekerasan yang dilakukan oleh banyak individu atau massa. Contoh tawuran pelajar, bentrokan antar desa. Kekerasan kolektif dapat disebabkan oleh larutnya individu dalam kerumunan, sehingga seseorang menjadi tidak lagi memiliki kesadaran individual atau hilang rasionalitas. Kerusuhan sepak bola mungkin contoh yang tepat untuk kekerasan yang satu ini. Selain juga “penghakiman massa” terhadap pencuri atau pelaku kejahatan jalanan. Klasifikasi lain dikemukakan oleh Sejiwa 2008 20, yang membagi bentuk kekerasan ke dalam dua jenis, yaitu kekerasan fisik dan kekerasan non-fisik. Kekerasan fisik yaitu jenis kekerasan yang kasat mata. Artinya, siapapun bisa melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku dengan korbannya. Contohnya adalah menampar, menimpuk, menginjak kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar dengan barang, dan sebagainya. Sedangkan kekerasan non fisik yaitu jenis kekerasan yang tidak kasat mata. Artinya, tidak bisa langsung diketahui perilakunya apabila tidak jeli memperhatikan, karena tidak terjadi sentuhan fisik antara pelaku dengan non fisik ini dibagi menjadi dua, yaitu kekerasan verbal dan kekerasan psikis. Kekerasan verbal kekerasan yang dilakukan lewat kata-kata. Contoh membentak, memaki, menghina, menjuluki, meneriaki, memfitnah, menyebar gosip, menuduh, menolak dengan kata-kata kasar, mempermalukan di depan umum dengan lisan, dan lain-lain. Sementara itu kekerasan psikologis/psikis merupakan kekerasan yang dilakukan lewat bahasa tubuh. Contoh memandang sinis, memandang penuh ancaman, mempermalukan, mendiamkan, mengucilkan, memandang yang merendahkan, mencibir dan Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Tindak KekerasanBanyaknya tindak kekerasan yang terjadi di masyarakat menimbulkan rasa keprihatinan yag mendalam dalam diri anggota masyarakat. Setiap kekerasan yang terjadi, tidak sekedar muncul begitu saja tanpa sebab-sebab yang mendorongnya. Oleh karena itu, para ahli sosial berusaha mencari penyebab terjadinya kekerasan dalam rangka menemukan solusi tepat mengurangi Thomas Hobbes, kekerasan merupakan sesuatu yang alamiah dalam diri manusia. Dia percaya bahwa manusia adalah makhluk yang dikuasai oleh dorongan-dorongan irasional, anarkis, saling iri, serta benci sehingga menjadi jahat, buas, kasar dan berpikir pendek. Hobbes mengatakan bahwa manusia adalah serigala bagi manusia homo homini lupus. Oleh karena itu, kekerasan adalah sifat alami manusia. Dalam ketatanegaraan, sikap kekerasan digunakan untuk menjadikan warga takut dan tunduk kepada pemerintah. Bahkan Hobbes berprinsip bahwa hanya suatu pemerintahan negara yang menggunakan kekerasan terpusat dan memiliki kekuatanlah yang dapat mengedalikan situasi dan kondisi J. J. Rosseau mengungkapkan bahwa pada dasarnya manusia itu polos, mencintai diri secara spontan, serta tidak egois. Peradaban serta kebudayaanlah yang menjadikan manusia kehilangan sifat aslinya. Manusia menjadi kasar dan kejam terhadap orang lain. Dengan kata lain kekerasan yang dilakukan bukan merupakan sifat murni dari kedua tokoh tersebut, ada beberapa faktor yang dapat memicu timbulnya kekerasan, yaitu sebagai berikut 1 Faktor Individual Beberapa ahli berpendapat bahwa setiap perilaku kelompok, termasuk perilaku kekerasan, selalu berawal dari perilaku individu. Faktor penyebab dari perilaku kekerasan adalah faktor pribadi dan faktor sosial. Faktor pribadi meliputi kelainan jiwa. Faktor yang bersifat sosial antara lain konflik rumah tangga, faktor budaya dan faktor media Faktor Kelompok. Individu cenderung membentuk kelompok dengan mengedepankan identitas berdasarkan persamaan ras, agama atau etnik. Identitas kelompok inilah yang cenderung dibawa ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Benturan antara identitas kelompok yang berbeda sering menjadi penyebab Faktor Dinamika Kelompok. Menurut teori ini, kekerasan timbul karena adanya deprivasi relatif yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat. Artinya, perubahan-perubahan sosial yang terjadi demikian cepat dalam sebuah masyarakat tidak mampu ditanggap dengan seimbang oleh sistem sosial dan masyarakatnya. Dalam konteks ini munculnya kekerasan dapat terjadi oleh beberapa hal yaitu sebagai berikut a Situasi sosial yang memungkinkan timbulnya kekerasan yang disebabkan oleh struktur sosial Tekanan sosial, yaitu suatu kondisi saat sejumlah besar anggota masyarakat merasa bahwa banyak nilai dan norma yang sudah dilanggar. Tekanan ini tidak cukup menimbulkan kerusuhan atau kekerasan, tetapi juga menjadi pendorong terjadinya Berkembangnya perasaan kebencian yang meluas terhadap suatusasaran tertentu. Sasaran kebencian itu berkaitan dengan faktor pencetus, yaitu peristiwa yang memicu Mobilisasi untuk beraksi, yaitu tindakan nyata berupa pengorganisasi diri untuk bertindak. Tahap ini merupakan tahap akhir dari akumulasi yang memungkinkan terjadinya Kontrol sosial, yaitu tindakan pihak ketiga seperti aparat keamanan untuk mengendalikan, menghambat, dan mengakhiri kekerasan akan berdampak negatif seperti kerugian baik material maupun nonmaterial. Menghentikan kekerasan tentu tidak dapat dilakukan hanya oleh beberapa pihak. Pemerintah sebagai pemilik kekuasaan dalam negara memang selayaknya menjadi pemimpin dalam upaya menghentikan kekerasan. Pemerintah perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa kekerasan bukan solusi untuk sebuah permasalahan, tetapi menciptakan permasalahan baru. Pemerintah juga perlu memberikan contoh dan bukti nyata bahwa kekerasan tidak layak untuk dilakukan di sebuah negara merdeka dan demokratis. Di sisi lain, masyarakat juga harus melakukan fungsi pencegahan untuk lebih peduli terhadap ketenteraman lingkungan menuju kehidupan sosial yang damai dan modul belajar mandiri pppk ips sosiologi Pembelajaran 4. Konflik Sosial dan Integrasi Sosial , kemdikbud

berdasarkan teori lingkungan sosial kekerasan dan kekacauan akan terjadi apabila